KATA-KATA MU’ARROB DALAM AL-QUR’AN MENURUT SUYUTHI


I.        
PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah firman Allah yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada RasulNya Muhammad saw. berupa mushaf-mushaf secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah.[1] Semua umat Islam dituntut untuk membaca Al-Qur`an dan mendalami apa yang didalamnya baik ilmu-ilmu pengetahuan, syari’at-syari’at dan hikmah-hikmah,[2] sebagai wasilah untuk menjauhi kesesatan dari jalanNya, sebagaimana firmanNya:

أفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا.[3]

Dan sabda Rasulullah saw.:

عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: “َترَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.[4]

Oleh karena itu, mempelajari bahasa Arab merupakan kewajiban bagi umat Islam, karena mempelajari Al Quran secara sempurna tidak dapat terjadi kecuali menguasai bahasa Arab,[5] Dalam kaidah ushul fiqh فما لا يتمّ الواجب إلاّ به فهو الواجب (hal yang menjadikan perintah wajib sempurna termasuk wajib).

Oleh karena itu ulama mengatakan: “Sesungguhnya bahasa Arab adalah bagian dari agama, karena pemahaman agama tergantung pada penguasaan bahasa Arab”. Dan Noldoke (seorang orientalis) mengatakan: “Sesungguhnya bahasa Arab tidak akan menjadi bahasa dunia yang sejati, kalau bukan karena Al Quran”.[6] Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada ikatan yang erat antara agama Islam dengan bahasa Arab.

Terlepas dari itu, sejak kelahirannya sampai dengan dewasa ini, bahasa arab mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain karena hubungannya dengan negara-negara tetangganya seperti: Persia, Habasyah, Romawi, Syiria dan  lain-lain. Bahasa arab mengambil sebagian bahasa-bahasa mereka. Seperti kata-kata: الجبت والطاغوت ومشكاة berasal dari Habasyah, وزنجبيل وسرادق وسجين berasal dari Persia, والصراط والقسطاس والقنطار berasal dari Romawi, dan kata-kata asing ini bergabung dengan bahasa Arab sehingga menjadi bagian dari bahasa Arab sesuai dengan kaidah istiqoq dan bentuk kata.[7]

Maka muncullah perbedaan pendapat dan terjadi perdebatan panjang di kalangan Ulama tentang ada-tidaknya kata-kata yang diarabkan (arabisasi) dalam Al-Qur’an, karena banyaknya ayat-ayat tentang ke-araban Al-Qur’an. Dan penafsiran ayat-ayat ini merupakan titik perdebatan.

Bahkan Arthur Jeffery (seorang orientalis) menjadikan masalah ini sebagai bukti bahwa Al Qur`an tidak memiliki otentitas, karena di dalamNya terdapat kata-kata asing (non Arabic), bahkan ia mengatakan bahwa sesungguhnya Al Qur`an adalah produk budaya (muntaj tsaqafy), dimana Muhammad saw. Yang menciptakan kata-kata di dalamNya.[8]

Penulis memilih Jalaluddin As-Suyuthi sebagai tokoh dalam pembahasan ini karena kedalaman ilmunya tentang ilmu bahasa, tafsir yang tampak dari bukunya “المهذب فيما وقع في القرآن من المعرب” dan dalam bidang tafsir “الإتقان في علوم القرآن”.

Penelitian ini bertujuan, (1) untuk mengetahui kata-kata mu’arrob dalam Al-Qur’an menurut Suyuthi (2) untuk mengetahui posisi Jalaluddin As-Suyuthi dalam masalah kata-kata mua’rob dalam Al-Qur’an.

Penelitian ini menggunakan penelitian literer yang bersifat kualitatif, dan untuk mendapatkan hasil penelitian, pembahas menggunakan metode dokumen yaitu untuk mengumpulkan data-data berkaitan dengan ta’rib (arabisasi), pendapat-pendapat ulama tentang ta’rib, dan riwayat hidup Imam Suyuthi, dan juga menggunakan metode analysis content yaitu untuk menganalisa isi dari data-data yang terkumpul. Pembahas menggunakan metode ini untuk menganalisa data mengenai posisi Jalaluddin As-Suyuthi tentang kata-kata mu’arrob dalam Al-Qur’an kemudian mengambil hasil penelitian.

II.      PEMBAHASAN
Pengertian arabisasi (at ta`riib)

Dr. Karim Sayyid Ghonim mengatakan bahwa ia adalah proses menyesuaikan kata asing dengan kaidah bahasa Arab.[9]

Sedangkan kata-kata yang diarabkan (al kalimaat al mu`arrobah) kata-kata yang diambil dari bahasa asing. Maka proses pengaraban (at ta`riib) adalah proses pengambilan bahasa Arab terhadap bahasa asing.[10]

Pendapat-pendapat ulama mengenai kata-kata yang diarabkan (al kalimaat al mu`arrobah) di dalam Al Qur`an

Ulama berbeda pendapat tentang ada-tidaknya kata-kata yang diarabkan (al kalimaat al mu`arrobah) di dalam Al Qur`an antara menerima dan menolak. Dalam hal ini mereka terbagi menjadi 4 golongan.
1. Golongan pertama

Kelompok yang menolak adanya kata-kata yang diarabkan (al kalimaat al mu`arrobah) di dalam Al Qur`an, mereka adalah mayoritas ulama besar diantaranya adalah Imam As Syafi`i, Abu Ubaidah, Al Qodhi Abu Bakar, dan Ibnu Faris. Dan pendapat mereka berangkat dari firman Allah swt. :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عربيّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ،[11]

بِلِسَانٍ عربيّ مُبِينٍ،[12]

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعربيّ،[13]

Mereka menafsirkan ayat terakhir ini, bahwa “Dan seandainya Kami jadikan Al Qur`an yang Kami turunkan ya Muhammad dengan bahasa asing di dalamNya, maka niscaya akan berkata kaummu Bani Quraisy: (لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ) yaitu: seandainya dijelaskan bukti-bukti dan ayat-ayat yang ada di dalamnya, niscaya kami mengerti hakikat dan mengetahui apa yang ada didalamnya, (أأعجميّ) apakah Al Quran ini menggunakan bahasa asing sedangkan Ia diturunkan kepada orang yang berbahasa Arab?.[14] Dan Syafi`i menegaskan hal itu kepada orang yang mengingkarinya.

Abu Ubaidah berkata: Sesungguhnya Al Quran diturunkan dengan bahasa Arab, barangsiapa mengatakan bahwa di dalam Al Quran ada selain bahasa Arab maka ia telah membesar-besarkan perkataannya, dan barangsiapa mengatakan “كِذّاباً”[15] adalah bahasa Nabtiyah, maka ia telah membesar-besarkan perkataannya.

Ulama lain mengatakan: Semua kata-kata ini adalah bahasa Arab, karena bahasa Arab sangat luas, dan tidak menutup kemungkinan generasi selanjutnya yang tidak mengetahuinya.[16]

Syafi`i mengatakan dalam kitabnya “الرسالة” tidak ada yang mengetahui bahasa selain nabi.

Dan Abul Ma`ali `Azizi bin Abdul Malik berkata: Sesungguhnya kata-kata asing itu ada dalam bahasa Arab, karena ia adalah bahasa yang paling luas, paling banyak perbendaharaan kata, maka boleh jadi ia dulu mencakup kata-kata asing tersebut.[17]

2. Golongan kedua

Mereka adalah golongan yang beranggapan bahwa ada kata-kata asing dalam Al Quran, dan mereka adalah salafus shalih dari kalangan sahabat dan para tabi`in, diriwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid dan Ikrimah bahwa di dalam Al Quran terdapat kata-kata asing yang diarabkan (arabisasi), seperti:

سجّيل، والمشكاة، واليمّ، والطور، وأباريق، واستبرق.[18]

Kemudian, mereka menjawab alasan golongan kontra tentang firmanNya:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عربيّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ[19]

بِلِسَانٍ عربيّ مُبِينٍ[20]

Bahwa beberapa kata muarrob dalam Al Quran tidak menjadikannya keluar dari kearabannya, sebagaimana kata Arab dalam Syair Persia tidak menjadikannya keluar dari kepersiannya. Kemudian mereka juga menjawab alasan kontra tentang firmanNya:

أَأَعْجَمِيٌّ وَعربيّ[21]

Secara tafsiran harfiah ayat ini: “Apakah perkataan asing sedangkan pembicara adalah orang Arab?”, berbeda dengan golongan pro, mereka menafsirkan ayat ini dengan meninggalkan kata pertanyaan (harful istifham) sehingga menjadikannya berita dari Allah swt. tentang perkataan golongan musyrik Quraisy dalam mengingkari Al Quran.

Selanjutnya golongan ini berargumen dengan firmanNya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلاّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ…[22]

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ[23]

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ[24]

Mereka juga mengatakan bahwa, para ahli Nahwu mufakat kata “إبراهيم” hukumnya tidak berubah (mamnu` minas sharf) karena keasingannya.[25]

3. Golongan ketiga

Golongan ini mengatakan ada kesamaan bahasa diantara bangsa-bangsa ketika itu, sebagaimana Ibnu Jarir At Thabari mengatakan bahwa: kata-kata asing dalam Al Quran bukanlah asing dalam sebenarnya, namun itu adalah fenomena kesamaan bahasa, dimana bangsa Arab, Persia, dan Habasyah berbicara dengan bahasa yang satu.[26]

Ia melanjutkan, bahwa haram hukumnya seorang yang beriman kepada kitab Allah swt., mengetahui makna-makna dan hukum-hukumNya, kemudian ia mengakui bahwa Al Quran berbahasa Arab “قرآنا عربيّا” dan Allah tidak menjadikannya berbahasa asing dengan firmanNya:

ولو جعلناه قرآنا أعجميا لقالوا لولا فصلت آياته أأعجمي وعربيّ

Tapi di lain pihak ia juga meyakini bahwa sebagian dari Al Quran berbahasa Persia, nabtiyah, romawi, dan habasyah. Jika demikian, maka sesungguhnya ia telah menafikan kearaban sebagian Al Quran, sedangkan Allah menetapkan Kearaban Al Quran seluruhnya.

Sehingga perkataan ulama salaf: “في القرآن من كل لسان” bukan berarti di dalamnya terdapat kata asing yang boleh di nisbatkan ke bahasa lain tapi bahwa di dalamnya terdapat kata-kata yang dipakai bangsa Arab yang juga dipakai oleh bangsa Persia, Romawi, Habasyah. Dengan kata lain, kata-kata itu sama-sama dianggap bahasa Arab juga Romawi atau Persia, dll.[27]

4. Golongan keempat

Mereka adalah kelompok pemikir-pemikir Islam, golongan ini bisa dikatakan sebagai penengah dari kubu pro dan kontra.

Diantaranya adalah Abu Ubaid Al Qasim bin Salam yang mencoba menjelaskan pendapat gurunya Abu Ubaidah yang kontra dengan adanya kata-kata muarrob kemudian mengandengkannya dengan pendapat salafussalih yang pro dengan kata-kata muarrob di dalam Al Quran. Kemudian merumuskan bahwa semua kata-kata Al Quran adalah Arab termasuk kata-kata muarrob, karena kata-kata asing itu telah mengalami arabisasi dan telah dipakai secara jamak oleh bangsa Arab sebelum turunnya Al Quran. Dengan formula ini, ia telah berjasa menengahi kubu pro dan kontra.

Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud gurunya “أعظم أو أكبر القول” siapa yang berpendapat bahwa dalam Al Quran ada kata-kata muarrob telah melahirkan perkara yang besar, tapi tidak semua berpendapat sama. Meskipun begitu, kedua-duanya sama benarnya siapa yang mengatakan kata-kata itu berasal dari asing benar, dan siapa yang mengatakan bahwa itu adalah bahwa kata-kata itu arab setelah berulang kali diucapkan oleh masyarakat Arab juga benar adanya.[28]

Kata-Kata Muarrob dalam Al Quran menurut As Suyuthi

Jalaluddin As Suyuthi mengklasifikasikan tipologi kata-kata muarrob berdasarkan negara asal kata-kata tersebut, yaitu:

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Ethiopia (الكلمات المشتقّة من اللغة الحبشية)

Persia Kata muarrob yang diambil dari bahasa (الكلمات المشتقّة من اللغة الفارسية)

Yunani Kata muarrob yang diambil dari bahasa (الكلمات المشتقّة من اللغة الرومية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa India (الكلمات المشتقّة من اللغة الهندية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Syiria (الكلمات المشتقّة من اللغة السريانية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Ibrani (الكلمات المشتقّة من اللغة العبرانية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Nabatian (الكلمات المشتقّة من اللغة النبطية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Koptik (الكلمات المشتقّة من اللغة القبطية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Negro (الكلمات المشتقّة من اللغة الزنجية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Turki (الكلمات المشتقّة من اللغة التركية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Barbar (الكلمات المشتقّة من اللغة البربرية)

Kemudian As Suyuthi juga menyebutkan kata-kata muarrob dalam Al Quran di dalam kitabnya “Al Muhadzab Fii Maa Waqa`A Fil Quran Minal Muarrob”

الألفاظ المعرّبة

أصل اللغة

المعاني

موقها في القرآن

الْأَرَائِكِ

حبشيّة

السرُر

الكهف: 31، يس: 56، الإنسان: 13، المطفّفين: 23، 35

آزَرَ

فارسيّة

شيخ

الأنعام: 74

إِسْتَبْرَقٍ

فارسيّة

ديباج غليظ

الرحمن: 54

أَسْفَارًا

نبطيّة

كتباً

الجمعة: 5

إِصْرِي

نبطيّة

عهدي

آل عمران: 81

آنِيَةٍ

بربريّة

حارّة

الغاشية: 5

آنٍ

بربريّة

الذي انتهى حرّه

الرحمن: 44

بَطَائِنُهَا

قبطيّة

ظواهرها

الرحمن: 54

بَعِيرٍ

عبرانيّة

حمار

يوسف: 65، 72

حِطَّةٌ

فارسيّة

صواب

البقرة: 58، الأعراف: 161

حوب

حبشيّة

إثم

النساء: 2

الْحَوَارِيُّونَ

نبطيّة

الغسالون

آل عمران: 52، المائدة: 112،

الصفّ: 14

دُرِّيٌّ

حبشيّة

مضيء

النور: 35

رَهْوًا

نبطيّة

سهلا

الدخان: 24

الرُّومُ

روميّة

اسم الجيل من الناس

الروم: 2

زَنْجَبِيلا

فارسيّة

اسم الثمرة

الإنسان: 17

سُجَّدًا

سريانيّة

مقنعي الرؤوس

البقرة: 58، النساء: 154،

الأعراف: 161

سِجِّيلٍ

فارسيّة

حجارة وطين

هود: 82، الحجر: 74، الفيل: 4

سُنْدُسٍ

فارسيّة

رقيق الديباج

الكهف: 31، الدخان: 53،

الإنسان: 21

سُرَادِقُهَا

فارسيّة

حائط

الكهف: 29

سَيِّدَهَا

قبطيّة

زوجها

يوسف: 25

شَطْرَ

حبشيّة

تلقاء

البقرة: 144، 149،150

الصِّرَاطَ

روميّة

الطريق

الفاتحة: 6، طه: 135، المؤمنون: 74، يس: 66، الصافات: 118، ص: 22

طُوًى

عبرانيّة

ليلاً

طه: 12، النازعات: 16

الطَّاغُوتُ

حبشيّة

كاهن

البقرة: 257، النساء:60، 76، المائدة: 60، النحل: 36، الزمر: 17

الْفِرْدَوْسِ

روميّة

البستان

الكهف: 107، المؤمنون: 11

الْقِسْطَ

روميّة

العدل

الأنبياء: 47

قِنْطَارًا

روميّة

اثنتا عشرة ألف أوقية

النساء: 20

كِفْلَيْنِ

حبشيّة

ضعفين

الحديد: 28

كُوِّرَتْ

فارسيّة

غوّرت

التكوير: 1

مَرْقُومٌ

عبرية

مكتوب

المطفّفين: 9، 20

مِشْكَاةٍ

حبشيّة

الكوة

النور: 35

وَرْدَةً

فارسيّة

تصير حمراء

الرحمن: 37

وَزَرَ

يمنيّة

جبل

القيامة: 11

الْيَمِّ

سريانيّة

البحر

الأعراف: 136، طه: 39، 78، 97

يُصْهَرُ

مغربيّة

ينضج

الحج: 20

Dalam hal ini, tampak pendapat As Suyuthi dalam kitab “Al Muhaddzab fi maa Waqa`a fil Quran Minal Muarrob” dan kitab “Al Itqan Fii Ulumil Quran”.

Posisi As Suyuthi dalam Kata-Kata Muarrob dalam Al Quran

Kata-kata muarrob diklasifikasikan menjadi 11 tipologi menurut bahasa asal kata-kata muarrob, dari bahasa-bahasa ini kata-kata asing diserap oleh bahasa Arab, kemudian diarabisasi sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, karena jarang sekali masyarakat Arab berbicara kata-kata asing tanpa merubah dan menyesuaikannya dengan bentuk-bentuk bahasa Arab.[29] Sehingga mereka bisa melakukan istiqoq dan tasrif dengan kata itu, “لجام” misalnya, meskipun ia adalah kata muarrob dari bahasa Persia tapi masyarakat Arab bisa melakukan istiqoq seperti “ألجم-يلجم-إلجامًا”.

Suyuthi mengatakan bahwa kata-kata muarrob dalam Al Quran tersebar di beberapa surat, diantaranya: Al Kahfi, Yasin, Al Insan, Al Muthaffifin, Al An`am, Ar Rahman, Al Jumuah, Ali Imran, Al Ghosiah, Yusuf, Al Baqarah, Al `Araf, An Nisa, Al Maidah, As Shaff, An Nur, Ad Dukhan, Ar Ruum, Hud, Al Hijr, Al Fiil, Al Fatihah, Thoha, Al Mukminun, As Shaffat, As Shad, An Naaziat, An Nahl, Az Zumar, Al Anbiya, Al Hadiid, At Takwir, Al Qiyamah, Al Hajj, dll.

Kemudian Suyuthi menyebutkan beberapa hikmah tentang adanya kata-kata muarrob dalam Al Quran, yaitu:

1.   Sebagai bukti bahwa Al Quran mencakup semua pengetahuan orang-orang terdahulu dan sekarang

Kata-kata muarrob ini membuktikan bahwa al quran mencakup ilmu terdahulu, sekarang, semua semesta alam, dan wajib mempunyai bukti bahwa dia mencakup semua bahasa, maka kemudian bahasa yang paling sopan, terbaik, dan frekeunsi penggunaan untuk bahasa Arab. Maka kata-kata habasyah, Persia, romawi di dalam Al Quran misalnya, menunjukkan bahwa Al Quran mencakup semua ilmu, dan tidak hanya berkutat kepada masyarakat Arab.

2.   Menunjukkan tingginya derajat Al Quran dari seluruh kitab-kitab yang diturunkan. 

Ibnu naqib menjelaskan bahwa: dari karakteristik Al Quran yang membedakan dengan kitab-kitab sebelumnya, bahwa ia berbahasa Arab dan juga berbahasa Romawi, Persia, Habasyah. Berbeda dengan kitab-kitab yang lain hanya berbahasa kaumnya, dan tidak berbahasa kaum yang lain.

Dengan karkateristik ini, Al Quran lebih unggul daripada kitab-kitab yang lainnya, kitab Taurat misalnya, hanya berbahasa Ibrani dan bukan yang lainnya, karena kaum Yahudi ketika itu berbicara bahasa itu.

3.   Sebagai Bukti Bahwa Al Quran Mencakup Bahasa-Bahasa Dunia

Sesungguhnya nabi Muhammad saw. diutus untuk seluruh umat manusia, sebagaimana firmanNya:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ[30]

Maka sudah seharusnya kitab yang dibawa Muhammad juga mencakup bahasa seluruh umat, meskipun kitab itu mayoritas berbahasa Arab, hal ini senada dengan firmanNya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ[31]

Oleh karena itu, Al Quran mengandung kata-kata berbahasa Persia karena ketika itu bangsa tersebut terkenal dengan kemajuan peradabannya dan bahasanya dipakai oleh bangsa-bangsa. Sebagai bukti Al Quran untuk semua umat, maka ia juga mengandung kata-kata bahasa internasional diantaranya bahasa Persia yang ketika itu menyebar sampai ke Mesopotamia, bahkan peradabannya hampir mengeser peradaban Habasyah di daerah Makkah.[32]

4.   Perintah untuk Taat Kepada Allah

Sebagian ulama memandang bahwa hikmah adanya kata-kata muarrob di dalam Al Quran yaitu, jika dikatakan bahwa “إِسْتَبْرَقٍ” adalah bukan bahasa Arab, dan bahasa non Arab tidak sefasih bahasa Arab, maka seperti dikatakan oleh Jalaluddin As Suyuthi: seandainya seluruh ahli bahasa berkumpul dan hendak meninggalkan lafadz (kata-kata muarrob) ini, maka niscaya mereka tidak sanggup melakukannya, karena perintah Allah swt. untuk selalu taat dan patuh terhadap keputusanNya. Dengan kata lain, menyakini bahwa kata-kata muarrob dalam Al Quran adalah kata-kata pilihan dan terbaik, dan tidak ada kata yang bisa mengantikan posisinya dan kata-kata itu merupakan pilihan Allah swt.

5.  Keterbatasan Istilah-Istilah dalam Bahasa Arab

Sebagian kata-kata yang diperlukan dalam Al Quran tidak terdapat dalam bahasa Arab, maka kata-kata itu diambil dari bahasa lain, karena maknanya lebih luas dan sesuai daripada bahasa Arab. Kata “الحرير” yang artinya berat dan berharga, sedangkan dalam bahasa Arab “الصفيق” ringan dan berharga, maka penggunakan kata pertama lebih didahulukan karena maknanya lebih luas dan sesuai dari kata kedua.

6.  Menyebutkan kata yang lebih ringkas dan efektif

Sesungguhnya menggunakan satu kata lebih utama daripada dua kata atau lebih, karena itu lebih jelas dan efektif, kata “إِسْتَبْرَقٍ”[33] digunakan karena tidak ada satu kata bahasa Arab yang sama.

Dari penjelasan diatas, penulis memandang bahwa Suyuthi belum menjelaskan secara gamblang terhadap masalah kata-kata muarrob dalam Al Quran. Meskipun demikian, ia sependapat dengan Ibnu Jarir yang menafsirkan ayat 44 dalam surat Fussilat, dimana ia memandang bahwa ayat itu merupakan berita Allah tentang perkataan kaum musyrik Quraisy, dan meninggalkan kata pertanyaan yang ada di “أعجميّ”, yaitu ketika mereka mengatakan mengapa Al Quran ini tidak diturunkan dengan bahasa Arab dan Non Arab (`ajam), kemudian Allah swt menurunkan ayat 44 fussilat ini sebagai jawaban dari perkataan mereka:

“وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ”[34]

Sejak turunnya ayat ini, maka Al Quran selain berbahasa Arab juga non Arab,[35] disamping itu Ibnu Jarir juga mengatakan dengan sanad yang shahih:

“في القرآن من كلّ لسان”

Meskipun Suyuthi tidak menjelaskan pendapatnya secara gamblang, penulis memandang bahwa pendapatnya dapat dilihat dari paparannya tentang hikmah-hikmah adanya kata-kata muarrob dalam Al Quran, klasifikasi kata-kata muarrob dalam Al Quran dan daftar kata-kata muarrob dalam Al Quran. Maka dari variabel-variabel ini, bisa disimpulkan bahwa Suyuthi sependapat dengan golongan  Abu Ubaid Al Qasim, yang menyatakan bahwa kata-kata muarrob dalam Al Quran memang benar adanya, meskipun kata-kata ini sudah melalui proses arabisasi dan telah digunakan secara jamak oleh masyarakat Arab. Walaupun demikian, kata-kata ini tidak mengurangi kesucian Al Quran yang mengatakan kearaban kitab Muhammad saw. Karena beberapa kata muarrob dalam Al Quran tidak akan merubah keberadaan berbahasa Arab, sebagaimana beberapa kata Arab di syair Persia, tidak akan merubahnya menjadi bahasa Arab.[36]

III.     KESIMPULAN

1. Dr. Karim Sayyid Ghonim mengatakan bahwa ia adalah proses menyesuaikan kata asing dengan kaidah bahasa Arab. Sedangkan kata-kata yang diarabkan (al kalimaat al mu`arrobah) kata-kata yang diambil dari bahasa asing. Maka proses pengaraban (at ta`riib) adalah proses pengambilan bahasa Arab terhadap bahasa asing.

Jalaluddin As Suyuthi mengklasifikasikan tipologi kata-kata muarrob berdasarkan negara asal kata-kata tersebut, yaitu:

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Ethiopia (الكلمات المشتقّة من اللغة الحبشية)

Persia Kata muarrob yang diambil dari bahasa (الكلمات المشتقّة من اللغة الفارسية)

Yunani Kata muarrob yang diambil dari bahasa (الكلمات المشتقّة من اللغة الرومية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa India (الكلمات المشتقّة من اللغة الهندية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Syiria (الكلمات المشتقّة من اللغة السريانية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Ibrani (الكلمات المشتقّة من اللغة العبرانية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Nabatian (الكلمات المشتقّة من اللغة النبطية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Koptik (الكلمات المشتقّة من اللغة القبطية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Negro (الكلمات المشتقّة من اللغة الزنجية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Turki (الكلمات المشتقّة من اللغة التركية)

Kata muarrob yang diambil dari bahasa Barbar (الكلمات المشتقّة من اللغة البربرية)

2.  Meskipun Suyuthi tidak menjelaskan pendapatnya secara gamblang, penulis memandang bahwa pendapatnya dapat dilihat dari paparannya tentang hikmah-hikmah adanya kata-kata muarrob dalam Al Quran, klasifikasi kata-kata muarrob dalam Al Quran dan daftar kata-kata muarrob dalam Al Quran. Maka dari variabel-variabel ini, bisa disimpulkan bahwa Suyuthi sependapat dengan golongan  Abu Ubaid Al Qasim, yang menyatakan bahwa kata-kata muarrob dalam Al Quran memang benar adanya, meskipun kata-kata ini sudah melalui proses arabisasi dan telah digunakan secara jamak oleh masyarakat Arab. Walaupun demikian, kata-kata ini tidak mengurangi kesucian Al Quran yang mengatakan kearaban kitab Muhammad saw. Karena beberapa kata muarrob dalam Al Quran tidak akan merubah keberadaan berbahasa Arab, sebagaimana beberapa kata Arab di syair Persia, tidak akan merubahnya menjadi bahasa Arab.

Referensi

Referensi Latin

Biro Penelitian Kajian Ilmiah. 2005. Pedoman Penulisan Skripsi, Institut Studi Islam Darussalam.

Krippendorf Klaus. 1993. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Terj. Farid Wajidi. Jakarta: Citra Niaga Rajawali.

Nasir, Muhammad. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Cet. V. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dkk.2000. Ensiklopedi Islam. Cetakan VII. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoever.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif,  Kualitatif  dan R & D, Cet. III. Bandung: Alfabeta.

Jeffery, Arthur.The Foreign Vocabulary of The Qur’an. Baroda: Oriental Institute.

Referensi Bahasa Arab

القرآن الكريم

إبراهيم، محمّد إسماعيل. د.ت. القرآن وإعجازه العلميّ. القاهرة: دار الفكر العربيّ.

إبراهيم، زكريا. د.ت. طرق تدريس اللغة العربية. دار المعرفة الجامعية.

ابن أنس، مالك. 1424 هـ – 2003 م. الموطّأ. الطبعة الأولى. بيروت- لبنان: دار إحياء التراث العربي.

الجواليقي، أبو منصور. 1969 م/ 1389 هـ. المعرب من كلام الأعجمي على حروف المعجم. الطبعة الثانية. دار الكتب.

راميل يعقوب و بسّام بركة. 1987م. قاموس المصطلحات اللغويّة والأدبيّة. الطبعة الأولى. بيروت: دار العلم للملايين.

السيوطي, جلال الدين. 2008 م. الإتقان في علوم القرآن. الطبعة الأولى. بيروت: مؤسسة الرسالة ناشرون.

السيوطي، جلال الدين. 2008 م. المهذب فيما وقع في القرآن من المعرّب. بيروت: مؤسسة الرسالة ناشرون.

السيوطي، عبد الرحمن بن أبي بكر جلال الدين. 1967م. حسن المحاضرة في تاريخ مصر والقاهرة. الطبعة الأولى. مصر: دار إحياء الكتب العربية.

الطبري، أبو جعفر. 1420 هـ / 2000 م. جامع البيان في تأويل القرآن. الجزء 21. الطبعة الأولى. مؤسّسة الرسالة.

طنطاوي، سيّد محمّد. 1992 م. مباحث في علوم القرآن. الطبعة الأولى. القاهرة: دار الشرق.

عبد التوّاب، رمضان. 1999 م. فصول في فقه العربيّة. الطبعة الثانية. القاهرة: مكتبة الخانجي.

عبد العزيز، محمّد حسن. د.ت. التعريب في القديم والحديث مع معاجم للألفاظ المعرّبة. القاهرة: دار الفكر.

عبد التوّاب، رمضان. 1999 م. فصول في فقه العربية. الطبعة الثانية. القاهرة: مكتبة الخانجي.

الغلاييني، مصطفى. 2007 م. جامع الدروس العربيّة. الطبعة الأولى. بيروت: دار الفكر.

غنيم،كارم. د.ت. اللغة العربيّة والصحوة العلميّة الحديثة. القاهرة: مكتبة ابن سينا.

لويس معلوف الياسوعي. 1987 م. المنجد في اللغة والأعلام. الطبعة الرابعة والثلاثون. بيروت: دار المشرق.

يعقوب، إميل بديع. د.ت. فقه اللغة العربية وخصائصها. الطبعة الثالثة. بيروت: دار الثقافة الإسلامية.


[1] Sayyid Thantowi, mabahits fii Ulumi Al-Qur’an, Cetakan 1, (Cairo: Darul Sharq, 1992), hal 13

[2] Muhammad Ismail Ibrahim, Al-Qur`an wa I`jazuhu Al-Ilmy, (Cairo: Darul Fikr Araby), hal 12

[3] Al Quranul Karim, Surat Muhammad: 24.

[4] Malik bin Anas r.a, Al Muwatta`, Cet. I, (Beirut: Daar Ihya Turats Araby, 2003), hal 553.

[5] Karim Sayyid Ghonim, Al Lughoh Al Arabiyah wal As Shofwah Al Ilmiyah Al Haditsah, (Kairo: Maktabah Al Khonji, 1999), hal. 109

[6]  Dr. Ramadhan Abdul At Tawwab, Fushul fi fiqhi Al Arabiyah, Cet. II, (Kairo: Maktabah Al Khonji, 1999), hal 109.

[7] Ibid, hal. 38.

[8] Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of The Qur’an, (Baroda: Oriental Institute, 1983)، p. 4.

[9]  Dr. Ramadhan Abdul At Tawwab, Op, Cit, hal. 259

[10] Louis Makluf, Al Munjid Fil Lughoh wal A`lam, Cet. 34, (Beirut: Darul Sharq, 1987), hal. 495.

[11] Surat Yusuf: 2, Surat Az Zukhruf: 42.

[12] Surat As Syuara`: 195.

[13] Surat Fussilat: 44.

[14] Abu Ja`far At Tabari, Jaami`ul Bayan fy takwil Al Qur`an, Cet. I, Juz 21, (Beirut: Muassasah Risalah, 2008), hal. 281-382

[15] Surar An-Naba`: 28, 35.

[16] Jalaluddin As Suyuthi, Al Itqan Fy Ulum Al Quran, Cet. I, (Beirut: Muassasah Risalah, 2008), hal. 288.

[17] Ibid, hal. 289.

[18] Ibid, hal. 50

[19] Surat Yusuf: 2.

[20] Surat As Syuara`: 195.

[21] Surat Fussilat: 44.

[22] Surat Ibrahim: 4.

[23] Surat Al Anbiya: 107.

[24] Surat Saba`: 28.

[25] Jalaluddin As Suyuthi, Al Itqaan fi Ulumil Quran, Op. Cit, hal. 288-289.

[26] Ibid, hal. 288.

[27] Abu Ja`far At Tabari, Op. Cit, Juz I, hal. 18.

[28] Jalaluddin As Suyuthi, Al Muhaddzab fi maa Waqa`a fil Quran Minal Muarrob, (Beirut: Muassasah Ar Risalah, 2008), hal. 5.

[29] Emil Badi` Ya`qub, Fiqhul Lughoh Al Arabiyah wa Khosoisuha, (Beirut: Daruts Tsaqafah Al Islamiyah), hal. 216.

[30] Surat Saba`: 28

[31] Surat Ibrahim: 4.

[32] Arthur Jeffery, Ibid, hal 14.

[33] Surat Ar Rahman: 45.

[34] Surat Fussilat: 44.

[35] Jalaluddin As Suyuthi, Al Muhaddzab fi maa Waqa`a fil Quran Minal Muarrob, Op.Cit, hal. 3.

[36] Jalaluddin As Suyuthi, Al Itqan Fy Ulum Al Quran, Op. Cit, hal. 289.

Makalah ini adalah resume dari skripsi penulis pada jenjang Strata 1 di INSTITUT STUDI ISLAM DARUSSALAM pada tahun 2010, dan dengan rahmat Allah swt. mendapatkan peringkat 3 besar skripsi terbaik pada tahun itu.

Tinggalkan komentar